Banjarnegara merupakan salah satu
kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Banjarnegara
terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang
membujur dari arah Barat ke Timur. Kabupaten Banjarnegara
terdiri atas 20 kecamatan.
Berdasarkan sumber dari Depkes,
Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah resiko tinggi rawan
pangan. Kerawanan pangan ini memberi konsekuensi terhadap penurunan status gizi
dan kesehatan masyarakat. Salah satu kecamatan yang menjadi daerah rawan pangan
dan status gizi yang buruk adalah kecamatan Pejawaran.
Kerawanan pangan dan status gizi
yang buruk di kecamatan Pejawaran disebabkan karena faktor ekologi yang beragam.
Dilihat dari aspek ketahanan pangan rumah tangga, daerah ini bisa dikatakan
kurang karena kemampuan untuk memenuhi pangan agar dapat hidup sehat dan
produktif sangat rendah baik secara jumlah maupun gizinya. Rata-rata tingkat
pendidikan penduduk Kecamatan Pejawaran hanyalah tamatan Sekolah Dasar (SD).
Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk didominasi petani dan buruh tani,
sehingga disimpulkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Dengan
kondisi itu, pengetahuan ibu tentang gizi juga sangat terbatas. Ibu tidak akan
mengerti tentang gizi yang baik sehingga apa yang diberikan untuk anak apa
adanya, apa yang mampu dibeli atau dimasak ibu dengan penghasilan ayah sebagai
buruh atau petani. Dari segi kualitas maupun kuantitas pangan untuk rumah
tangga tidak dapat tercukupi mengakibatkan rendahnya konsumsi pangan dan gizi
yang berakibat pada status gizinya.
Selain kondisi sosial ekonominya,
masalah gizi buruk juga diperparah dengan faktor budaya dan kebiasaan. Ibu
hamil di daerah ini, tidak terbiasa memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal
ini dikarenakan adanya kebiasaan untuk lebih memberikan madu pada bayi.
Kolostrum pada ASI pertama juga tidak diberikan karena dianggap kotor, sehingga
imunitas dari anak tersebut juga tidak terbentuk dengan sempurna. Hal ini nanti
yang juga berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut.
Selain rawan pangan, ada daerah di
kabupaten Banjarnegara yang rawan malaria. Daerah ini adalah Banjarmangu dan
Pagedongan. Banjarnegara memang pernah menjadi daerah endemik malaria pada
tahun 2001 dengan wabah malaria yang sangat besar waktu itu. Walaupun sekarang
angka penyakit malaria sudah berkurang, namun masih menjadi 10 masalah
kesehatan di Banjarnegara.
Daerah rawan malaria ini
disebabkan karena faktor lingkungan yang buruk. Pada kecamatan Pegedongan, hampir
semua lingkungan sekitarnya merupakan kebun salak yang lembab dan basah. Pada
daerah ini memang cocok untuk bertanam salak. Sebagian penduduk yang ekonominya
agak tinggi juga mempunyai ternak berupa sapi, dimana letak kandangnya terpisah
dengan rumah tetapi masih dalam jarak yang dekat atau tidak terlalu jauh. Rumah
penduduk disini juga masih terpencar, sehingga masih banyak pemukiman yang
dilewati oleh aliran sungai. Kondisi sungai bila musim hujan airnya cukup deras
sehingga tidak bisa menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk, namun pada musim
kemarau kondisi airnya tidak begitu lancar dan banyak terdapat kubangan air
(lekukan di dasar atau dipinggir sungai) sehingga dapat menjadi tempat untuk
perkembangan vektor penyakit malaria yaitu nyamuk khususnya Anopheles sp.
Kondisi seperti itu yang
menyebabkan masih banyak warga yang mengidap malaria, apalagi bila ditambah
dengan kebersihan lingkungan yang kurang. Banyak masyarakat yang kurang peduli
dengan kebersihannya, misalnya saat melintasi sungai tersebut tidak memakai
alas kaki atau ke kebun juga tidak menggunakan alas kaki. Kebiasaan seperti ini
yang akan mengakibatkan masyarakat mudah terkena infeksi. Dengan terjangkit
malaria, maka nafsu makan seseorang akan turun sehingga infeksi akan semakin
akut dan mengakibatkan imunitas tubuh turun. Atau dapat juga dikatakan bahwa
nafsu makan yang turun dapat menurunkan imunitas tubuh, sehingga bila ada
infeksi yang berulang akan semakin memperparah keadaan tubuhnya. Terjadinya
gangguan imunitas ini juga akan mengakibatkan seseorang mengalami gizi kurang.
Banyak penderita malaria di daerah ini yang juga mengidap gizi kurang.
Di kabupaten Banjarnegara sendiri
merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit, kemiringan yang tinggi dan
bervariasi merupakan daerah dengan permasalahan lingkungan yang cukup kompleks.
Eksploitasi lahan yang berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan,
akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang berimbas terhadap semua sektor
kehidupan.
Dataran Tinggi Dieng yang
merupakan bagian hulu DAS Serayuyang terletak di wilayah Kabupaten Banjarnegara
adalah kawasan lindung yang seharusnya merupakan wilayah yang dilindungi dari
kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak
fungsi lindungnya. Namun pada kenyataannya daerah ini banyak dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan mengeksploatasi lahan secara besar-besaran
untuk ditanami tanaman semusim yaitu kentang. Tanaman kentang telah menjadi
tanaman primadona di daerah ini. Penanaman kentang secara besar-besaran telah
mengubah dataran tinggi dieng. Lereng pegunungan yang seharusnya bersisi
tumbuhan berakar kuat justru berubah menjadi lahan tanam kentang yang bisa
mempercepat erosi.
Dengan adanya kerusakan
lingkungan di bagian hulu DAS Serayu yang lebih cepat dari pada proses
rehabilitasinya akan mempercepat sedimentasi di bendungan mrican. Hal ini
mengganggu perputaran turbin pembangkit tenaga listrik bendungan dan juga
ketersediaan air untuk perairan sawah dan lahan. Dengan berkurangnya
ketersediaan air ini, bisa dikaitkan dengan ketersediaan pangan yang ada di
daerah Banjarnegara. Bila terjadi terus-menerus, bisa jadi terjadi krisis
pangan di daerah ini.
0 komentar:
Posting Komentar