Kamis, 31 Oktober 2013

Ekologi Banjarnegara

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur. Kabupaten Banjarnegara terdiri atas 20 kecamatan.
Berdasarkan sumber dari Depkes, Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam kategori wilayah resiko tinggi rawan pangan. Kerawanan pangan ini memberi konsekuensi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan masyarakat. Salah satu kecamatan yang menjadi daerah rawan pangan dan status gizi yang buruk adalah kecamatan Pejawaran.
Kerawanan pangan dan status gizi yang buruk di kecamatan Pejawaran disebabkan karena faktor ekologi yang beragam. Dilihat dari aspek ketahanan pangan rumah tangga, daerah ini bisa dikatakan kurang karena kemampuan untuk memenuhi pangan agar dapat hidup sehat dan produktif sangat rendah baik secara jumlah maupun gizinya. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Pejawaran hanyalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk didominasi petani dan buruh tani, sehingga disimpulkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Dengan kondisi itu, pengetahuan ibu tentang gizi juga sangat terbatas. Ibu tidak akan mengerti tentang gizi yang baik sehingga apa yang diberikan untuk anak apa adanya, apa yang mampu dibeli atau dimasak ibu dengan penghasilan ayah sebagai buruh atau petani. Dari segi kualitas maupun kuantitas pangan untuk rumah tangga tidak dapat tercukupi mengakibatkan rendahnya konsumsi pangan dan gizi yang berakibat pada status gizinya.
Selain kondisi sosial ekonominya, masalah gizi buruk juga diperparah dengan faktor budaya dan kebiasaan. Ibu hamil di daerah ini, tidak terbiasa memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan untuk lebih memberikan madu pada bayi. Kolostrum pada ASI pertama juga tidak diberikan karena dianggap kotor, sehingga imunitas dari anak tersebut juga tidak terbentuk dengan sempurna. Hal ini nanti yang juga berpengaruh terhadap status gizi anak tersebut.
Selain rawan pangan, ada daerah di kabupaten Banjarnegara yang rawan malaria. Daerah ini adalah Banjarmangu dan Pagedongan. Banjarnegara memang pernah menjadi daerah endemik malaria pada tahun 2001 dengan wabah malaria yang sangat besar waktu itu. Walaupun sekarang angka penyakit malaria sudah berkurang, namun masih menjadi 10 masalah kesehatan di Banjarnegara.
Daerah rawan malaria ini disebabkan karena faktor lingkungan yang buruk. Pada kecamatan Pegedongan, hampir semua lingkungan sekitarnya merupakan kebun salak yang lembab dan basah. Pada daerah ini memang cocok untuk bertanam salak. Sebagian penduduk yang ekonominya agak tinggi juga mempunyai ternak berupa sapi, dimana letak kandangnya terpisah dengan rumah tetapi masih dalam jarak yang dekat atau tidak terlalu jauh. Rumah penduduk disini juga masih terpencar, sehingga masih banyak pemukiman yang dilewati oleh aliran sungai. Kondisi sungai bila musim hujan airnya cukup deras sehingga tidak bisa menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk, namun pada musim kemarau kondisi airnya tidak begitu lancar dan banyak terdapat kubangan air (lekukan di dasar atau dipinggir sungai) sehingga dapat menjadi tempat untuk perkembangan vektor penyakit malaria yaitu nyamuk khususnya Anopheles sp.
Kondisi seperti itu yang menyebabkan masih banyak warga yang mengidap malaria, apalagi bila ditambah dengan kebersihan lingkungan yang kurang. Banyak masyarakat yang kurang peduli dengan kebersihannya, misalnya saat melintasi sungai tersebut tidak memakai alas kaki atau ke kebun juga tidak menggunakan alas kaki. Kebiasaan seperti ini yang akan mengakibatkan masyarakat mudah terkena infeksi. Dengan terjangkit malaria, maka nafsu makan seseorang akan turun sehingga infeksi akan semakin akut dan mengakibatkan imunitas tubuh turun. Atau dapat juga dikatakan bahwa nafsu makan yang turun dapat menurunkan imunitas tubuh, sehingga bila ada infeksi yang berulang akan semakin memperparah keadaan tubuhnya. Terjadinya gangguan imunitas ini juga akan mengakibatkan seseorang mengalami gizi kurang. Banyak penderita malaria di daerah ini yang juga mengidap gizi kurang.
Di kabupaten Banjarnegara sendiri merupakan daerah dengan topografi berbukit-bukit, kemiringan yang tinggi dan bervariasi merupakan daerah dengan permasalahan lingkungan yang cukup kompleks. Eksploitasi lahan yang berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan, akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang berimbas terhadap semua sektor kehidupan.
Dataran Tinggi Dieng yang merupakan bagian hulu DAS Serayuyang terletak di wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah kawasan lindung yang seharusnya merupakan wilayah yang dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia lainnya yang dapat merusak fungsi lindungnya. Namun pada kenyataannya daerah ini banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan mengeksploatasi lahan secara besar-besaran untuk ditanami tanaman semusim yaitu kentang. Tanaman kentang telah menjadi tanaman primadona di daerah ini. Penanaman kentang secara besar-besaran telah mengubah dataran tinggi dieng. Lereng pegunungan yang seharusnya bersisi tumbuhan berakar kuat justru berubah menjadi lahan tanam kentang yang bisa mempercepat erosi.

Dengan adanya kerusakan lingkungan di bagian hulu DAS Serayu yang lebih cepat dari pada proses rehabilitasinya akan mempercepat sedimentasi di bendungan mrican. Hal ini mengganggu perputaran turbin pembangkit tenaga listrik bendungan dan juga ketersediaan air untuk perairan sawah dan lahan. Dengan berkurangnya ketersediaan air ini, bisa dikaitkan dengan ketersediaan pangan yang ada di daerah Banjarnegara. Bila terjadi terus-menerus, bisa jadi terjadi krisis pangan di daerah ini. 

0 komentar:

Posting Komentar